Kamar Kost Setan
Satu sms masuk ke handphone-ku saat aku sedang membaca komik yang
baru aku beli kemarin sore. Setelah aku cek, ternyata itu sms dari Ardi,
sahabatku sejak SMA. Beginilah sms-nya:
"Jo, besok gue mau
kemping ke hutan gitu sama temen-temen kuliah gue. Lo nginepin kost-an gue
ya!"
Sesaat setelah aku membaca sms tersebut, aku sangat memaklumi kenapa
Ardi memintaku untuk menempati sementara kamar kost-nya. Sebagai anak kuliahan,
ia memang agak berlebihan membawa barang-barang yang bernilai cukup mahal ke
dalam kamar kost-nya, seperti LED TV, laptop, DVD player, Playstation dan
beberapa benda mahal lainnya. Ia khawatir barang-barang berharga miliknya
menjadi korban "kenakalan" penghuni kost lainnya dan raib tanpa ada
yang mau mengaku. Kunci kamar tidak bisa sepenuhnya mengatasi kekhawatiran
tersebut.
Aku mulai mengetik sms sebagai balasannya.
"Oke men!"
Dan satu menit setelah sms-ku terkirim, handphone-ku kembali
berbunyi.
"Gue berangkat hari
ini, pagi. Kayaknya kita gak sempet bisa ketemuan dulu. Siangan lo ambil aja
kunci kamar gue di ibu kost. Gue kempingnya cuma sehari aja kok."
Sore harinya, aku berkemas membawa ransel kecilku yang hanya berisi
modul kuliahku dan satu pakaian dalam, selebihnya Ardi sudah membebaskan
fasilitas yang ada dikamarnya untuk semua keperluanku.
Kunci kamar kost Ardi sudah ada di tanganku. Aku lalu bergegas
menuju kamar Ardi dan membuka pintunya. Namun sesuatu yang beda yang aku
rasakan saat pertama kali membuka pintu tersebut adalah dingin, sangat dingin,
lebih dingin dari biasanya. Aku langsung menyambar remote AC, namun sekejap
kemudian aku tersadar bahwa ternyata AC-nya mati. Kebingungan melandaku, namun
aku tak mau terlalu ambil pusing, kelelahan membuatku ingin melupakan kejadian
itu sejenak. Tak lama aku pun tertidur.
Malam itu aku membuka modul untuk bahan kuliah besok. Sebungkus
snack dan sekaleng softdrink ikut menemaniku saat itu. Berpuluh-puluh halaman
aku pelajari dengan seksama. Entah sudah berapa lama aku melakukan itu hingga
tanpa terasa kelopak mataku sudah mulai memberat.
Aku mematikan lampu dan bergegas untuk mulai tidur. Namun baru
beberapa detik aku menempelkan kepalaku ke bantal, tiba-tiba aku mendengar
suara ketukan pintu. Hm, meskipun agak malas, kubukakan juga pintu tersebut
tanpa menyalakan kembali lampu. Cahaya redup lampu luar masih bisa membantuku
berjalan tanpa menabrak benda.
Setelah pintu terbuka, anehnya aku tak melihat siapa-siapa di depan
pintu. Aku mengeluarkan sedikit kepalaku dan menengok ke kanan dan ke kiri
untuk memastikan siapa yang sudah mengetuk pintu tadi. Tetap, aku tak mendapati
siapapun baik dari arah kanan ataupun kiri.
Aku kembali menutup pintu dan menguncinya. Dan ketika aku
membalikkan badan betapa kagetnya aku, secara samar aku melihat seseorang duduk
di pinggir tempat tidur. Ia seperti seorang laki-laki dan tertunduk, lemah.
Jantungku berdetak keras. Keringat dingin mulai membasahi. Antara
perbatasan penasaran dan ketakutan, aku berjalan cepat ke arah stop kontak dan
langsung menyalakan lampu. Dan ketika lampu menyala, sesosok mahluk yang aku
lihat tadi pun menghilang entah kemana.
Aku menenangkan diriku. Perlahan aku mulai mencoba mengatur tarikan
nafasku yang sempat kacau. Mulutku mulai bersenandung pelan menyanyikan lagu
apapun yang terlintas di pikiranku, hanya untuk menghibur hatiku, semoga.
Dengan menyipitkan mata sedikit, aku menyebar pandangan ke segala
penjuru kamar. Tanganku yang gemetar mulai menggapai tombol lampu dan sesaat
setelah padam akupun berharap dapat melanjutkan tidurku kembali.
Tak berapa lama keanehan itu kembali muncul. Aku mendengar suara
langkah kaki yang berasal dari pintu menuju ke arahku. Suaranya pelan namun
benar-benar terdengar jelas. Karena tak kuasa untuk melihatnya, aku langsung
menarik selimutku dan kututupi seluruh tubuhku dari kaki hingga kepala.
Ketakutanku kali ini lebih besar dari yang pertama. Aku meraba-raba tempat
tidur untuk mencari handphone-ku, yang seingatku tadi aku simpan di sebelah
bantalku. Dan, untungnya, aku dapat menemukannya.
Segera aku mengetik sebuah pesan singkat ke nomor Ardi.
"Di, kalo gak sama lo,
kapan2 gue gak bakal mau lagi nginep di sini ah. Serem!" Itu sms-ku.
*pending*
Damn! Geramku dalam hati.
Aku mencoba menelepon langsung, namun sayang sepertinya handphone Ardi tidak aktif. Aku tak tahu
harus berbuat apa-apa lagi ketika tiba-tiba terdengar suara keyboard laptop yang sedang disentuh
oleh jari-jari.
Aku menurunkan selimutku hingga batas hidung. Lalu mengintip ke arah
meja tempat laptop Ardi diletakkan. Dalam kegelapan, aku melihat sesosok hantu
itu tengah terduduk menghadap laptop dengan jemarinya yang bermain dengan
lincah di hamparan keyboard-nya. Ia
membelakangiku. Namun tiba-tiba, secara perlahan, ia menengokkan kepalanya ke
arahku dan...wajahnya rusak!
ARRRRRGH...!!!
Slep...!!! Dengan cepat aku menarik kembali selimutku. Keringat
dinginku sudah membanjiri tubuh. Jantungku berdebar dengan sangat keras.
Meskipun tidak banyak gerakan yang aku lakukan, namun aku merasa seperti habis
berolahraga keras. Nafasku naik turun. Aku kelelahan. Hingga tanpa aku sadari,
aku tertidur, dalam ketakutan.
Pukul 10 pagi aku terbangun. Itupun karena gedoran pintu yang aku
dengar dari luar. Dengan langkah gontai aku berjalan ke arah pintu. Setelah aku
buka ternyata itu tiga orang teman kuliah Ardi yang memang sudah aku kenal.
"Hai Jo, lo nginep disini?" tanya Sandi kepadaku. Aku
hanya mengangguk sambil tersenyum. "Terus Ardi-nya mana?"
Aku mengeryitkan keningku.
"Ardi? Lho bukannya Ardi ikut kemping sama kalian?" aku
malah balik bertanya. Karena aku pikir Ardi ada di belakang bersama mereka.
"Iya, rencananya sih gitu. Kemaren pagi kita janjian ketemuan
di kampus, tapi Ardi gak muncul-muncul. Terus kita telfon, gak
nyambung-nyambung, nah dari situ kita langsung dateng kesini dan tanya sama ibu
kost katanya dia udah berangkat dari pagi. Nah, karena Ardi gak ada dan juga
gak bisa dihubungi, ya terpaksa kita kemping tanpa Ardi!" jelas Sandi.
Aku makin bingung.
"Lalu selama ini Ardi kemana dong?" tanyaku.
Sesaat setelah mengeluarkan pertanyaan, entah kenapa aku langsung
teringat pada sesosok hantu yang semalam menyentuh laptop Ardi. Dan sampai
sekarang laptop itu masih menyala.
"Coba kalian kemari! Semalem gue didatengin mahluk aneh gitu di
kamar ini!" ajakku kepada ketiga teman Ardi. Aku mengajak mereka ke meja
tempat laptop yang masih menyala itu berada.
Di sheet Microsoft Word
sudah terpampang beberapa baris kalimat:
"Jo, ini gue Ardi. Gue
minta maaf karena gak bisa ketemu lo lagi. Gue juga minta maaf karena udah
ngelanggar janji untuk pergi kemping. Tadi pagi di perjalanan menuju kampus,
motor gue tergelincir dan masuk jurang. Satu permintaan terakhir gue, tolong
temuin mayat gue disana!"
***
Bogor, 03 Desember 2011
19.00 WIB
Follow My Twitter @herdy126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar